Sabtu, 07 November 2009

HIRARKI BELAJAR GAGNE DAN ADVANCE ORGANIZER AUSUBEL


BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor. Metode dan strategi belajar sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.
Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi pendidikan banyak macamnya. Misalnya teori belajar assosiasi, teori belajar conditioning, teori belajar deduktif hipotesis, teori belajar sosial, teori belajar eklektif, teori belajar medan kognitif, teori belajar kognitif, teori belajar pemrosesan informasi dan sebagainya.
Disadari atau tidak, mungkin saja para guru atau pendidik di sekolah sudah menerapkan sebagian dari teori-teori itu dalam melaksanakan tugasnya, mungkin juga dengan
tidak disadarinya guru guru telah menggunakan kombinasi delapan teori belajar yang relevan untuk para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Namun dalam pembahasan makalah ini, hanya akan dkhususkan pada bagaimana HIERARCHI BELAJAR GAGNE DAN ADVANCE ORGANIZER AUSUBEL.
B.BATASAN MASALAHDalam mempelajari Teori Belajar banyak hal perlu kita bahas, tetapi kami hanya akan membahas masalah pada makalah ini tentang HIERARCHI BELAJAR (GAGNE) dan ADVANCE ORGANIZER (AUSUBEL).

C.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
1.Bagaimanakah hirarki ( fase-fase ) belajar Gagne ?
2.Bagaimanakah advance organizer Ausubel ?


D.TUJUAN PEMBAHASAN
1.Untuk mengetahui hirarki belajar Gagne.
2.Untuk mengetahui advance organizer Ausubel.

E.MANFAAT PENULISAN
1.Agar mahasiswa memahami hirarki belajar Gagne.
2.Agar mahasiswa memahami advance organizer Ausubel.


BAB II
PEMBAHASAN

A.HIRARKI BELAJAR GAGNE

Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar.
Gagne memberikan pemecahan dan pengurutan materi pembelajaran dengan selalu menanyakan pertanyaan ini: “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat jawabannya, ia harus bertanya lagi seperti pertanyaan yang di atas tadi untuk mendapatkan prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut. Begitu seterusnya sampai didapatkan urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Hirarki belajar dari Gagne memungkinkan juga prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula. Sebagai contoh, pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih membutuhkan kemampuan membedakan (discriminations) sebagai prasyarat berikutnya lagi.

1. Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi merka, atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan (Apprehending Phase)
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.

3. Fase Perolehan (Acquisition Phase)
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi disajikan. Sudah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu bahwa informasi tidak langsung disimpan didalam memori.

4. Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), (praktek), (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

5. Fase Pemanggilan (Recall)
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajar ialah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

6.Fase Generalisas
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan diluar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat dapat ditolong dengan meminta para siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru, misalnya meminta para siswa menggunakan keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-masalah.

7.Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Misalnya setelah mempelajari bagaimana menggunakan mikroskop dalam pelajaran biologi.

8.Fase Umpan Balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Umpan balik ini dapat memberikan reinforsmen pada mereka untuk penampilan yang berhasil.



B. ADVANCE ORGANIZER AUSUBEL

Advance organizer adalah sebuah informasi yang disajikan sebelum pembelajaran yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk menyusun dan menafsirkan informasi baru masuk.
Advance organizers juga sangat berguna dalam proses transfer pengetahuan. Karena alasan yang deduktif, siswa dapat menggunakan aturan maka contoh untuk pembelajaran terjadi.
Menurut Ausubel  (1963, 1977), seseorang memperoleh pengetahuan terutama melalui penerimaan bukannya melalui penemuan. Konsep, prinsip, dan ide atau gagasan dipresentasikan  dan diterima oleh seseorang, bukan melalui penemuan. Pandangan ini berbeda dengan Bruner, yang menyatakan bahwa belajar seseorang dilakukan melalui penemuan (discovery learning). Ausubel menekankan bahwa apa yang diketahui sebagai meaningful verbal learning, informasi verbal, ide-ide, dan hubungan diantara ide-ide, terjadi secara bersamaan. Rote mamorization tidak dianggap memiliki makna, karena bahan yang dipelajari melalui belajar cepat ini tidak berkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada. Sayangnya, walaupun belajar secara cepat ini tidak efektif  banyak pelajaran masih nampak sedikit mendasarkan padanya. Ausubel juga mengajukan suatu model pengajaran ekspositori (expository teaching) untuk mendorong kebermaknaan ini bukan melalui belajar cepat. Exposition artinya menjelaskan, atau menyajikan fakta-fakta dan ide-ide).
Dalam pendekatan ini, guru menyajikan bahan ajar dalam suatu urutan sekuensial, terorganisasi, dan dalam bentuk menyeluruh, dan siswa menerima bahan yang dapat dipakai dengan cara yang paling efisien.  Semakin bahan itu diorganisasi dan terfokus, seseorang akan semakin belajar sepenuhnya. Ausubel sepakat dengan pandangan Bruner bahwa seseorang belajar melalui organisasi informasi baru dalam bentuk hirarkhis, atau sistem coding  (Woolfolk, 1990).  Ausubel menyebut konsep umum yang berada paling atas dalam sistem tersebut sebagai subsumer karena semua konsep-konsep lain termasuk di dalamnya. Lebih jauh, Ausubel menyatakan bahwa belajar perlu dilakukan secara deduktif, lawan induktif yang rekomendasikan oleh Bruner, yaitu dari umum ke khusus, atau dari kaidah (prinsip) ke contoh-contoh. Metode deduktif ini kadangkala disebut sebagai the rule-eg method (Woolfolk, 1990).
Istilah pengatur awal, advanced organizers,  dikenalkan oleh Ausubel ini untuk menyatakan tingkatan abstraksi yang lebih tinggi yang lebih bersifat inklusif daripada informasi baru yang dipresentasikan. Dalam arti sebenarnya pada saat Ausubel menggunakan istilah itu, advanced organizers ini artinya kesadaran siswa terhadap struktur pengetahuan yang sedang dimilikinya sehingga informasi baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Advanced organizers diartikan juga sebagai kerangka isi pengait (Degeng, 1989). Saat ini, pengertian advanced organizers mungkin dianggap sebagai alat yang dapat dipakai untuk memberikan suatu bahan pendahuluan (preview) terhadap bahan yang dipelajari agar supaya membantu siswa mengorganisasi, mengingat, dan mengkaitkan dengan pengetahuan sebelumnya terhadap pengetahuan baru yang akan dipelajari. Borich (1988) menyarankan bahwa suatu advanced organizers mengenalkan tingkat perilaku yang paling tinggi  yang dihasilkankan oleh suatu sekuensi pelajaran dan terhadap hasil belajar yang disajikan pada saat itu akan memberikan kontribusi.
  Advanced organizers mencakup bahan pengajaran verbal sederhana, chart, diagram, dan peta semantik. Misalnya, seorang guru yang ingin mengajarkan tentang sejarah Amerika, mula-mula pelajaran dilakukan dengan cara mendiskusikan tentang pemerintahan Roosevelt yang merupakan awal pemerintahan masa lalu. Kelas ini diberikan melalui sebuah peta yang memberikan garis-garis besar unit-unit pembahasan. Untuk mengajarkan hal ini bisa dilakukan dengan peta konsep.
 Jenis advanced organizers yang memiliki aplikasi langsung dalam pembelajaran, the structural organizer, dikembangkan oleh Slater, Graves, & Piche (1985). Dalam suatu kajian yang melibatkan 224 siswa kelas sembilan (setingkat kelas II SMP di Indonesia) dan uraian bagian dalam teks sejarah, mereka menemukan bahwa suatu organizer, yang terdiri atas informasi yang terstruktur pada organisasi bagian teks, ternyata dapat mempermudah pemahaman dan mengingat bahan dalam bagian teks.
Cara penyajian bahan melalui advanced organizers memiliki tiga tahap kegiatan Joyce, & Weil, 1986; Joyce, Weil, & Showers, 1992). Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, tahap penyajian atau presentasi advanced organizers. Kedua, penyajian atau presentasi tugas-tugas belajar atau bahan-bahan belajar. Ketiga, menguji hubungan bahan belajar terhadap ide-ide yang ada agar dapat menimbulkan suatu proses belajar yang aktif.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dirancang dengan maksud untuk meningkatkan kejelasan dan kemantapan bahan belajar yang baru sehingga sedikit sekali pengetahuan yang hilang, rancau antara pengetahuan yang satu dengan lainnya, atau tetap membingungkan. Para siswa perlu mengoperasikan pengetahuan pada saat mereka menerimanya dengan cara menghubungkan bahan belajar yang baru itu dengan pengalaman pribadi siswa serta terhadap struktur kognitif yang ada, dan menggunakan pengetahuan secara kritis.

a.Penyajian Advanced Organizers
Tahap pertama, penyajian advanced organizers yang terdiri atas:
1) menjelaskan tujuan pengajaran;
2) menyajikan organizers, yang meliputi
Identifikasi atribut-atribut tertentu,
Memberikan contoh,
Menunjukkan hubungan, dan
Mengulang;
 3) membangkitkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan.

Penjelasan tujuan pengajaran adalah suatu cara untuk memperoleh perhatian siswa dan memberikan orientasi kepada mereka terhadap tujuan pengajaran, yang keduanya penting artinya untuk mempermudah belajar bermakna. Penjelasan tujuan ini juga penting bagi guru dalam merancang pengajarannya.
Bahan organizers itu bukan sekedar suatu uraian singkat, sederhana; bahan itu merupakan suatu gagasan dan gagasan itu sendiri harus dieksplorasi secara tepat. Bahan organizers itu juga harus dibedakan dengan bahan pendahuluan, yang berguna dalam pelajaran, tetapi hal ini bukan advanced organizers. Bahan organizers itu dibangun atas konsep-konsep pokok dan atau proposisi-proposisi dari suatu topik atau pokok bahasan. Pertama, organizers itu harus dikonstruksi sehingga siswa dapat memahami apa organizers itu sebenarnya, yaitu sebuah gagasan yang berbeda dan lebih bersifat inklusif daripada bahan dalam bahan belajar itu sendiri. Hal yang paling pokok dari organizers itu ialah bahwa organizers tersebut merupakan suatu tingkatan abstraksi dan generalisasi yang lebih tinggi daripada bahan belajar itu sendiri. Tingkatan abstraksi yang lebih tinggi adalah hal yang membedakan organizers dengan ikhtisar pendahuluan.
Kedua, apakah organizers itu ekspositori atau komparatif (Mayer, 1979,1984), hal yang paling esensial dari konsep atau proposisi harus ditunjukkan dan dijelaskan secara cermat. Organizers ekspositori memberikan suatu pengetahuan baru sehingga siswa perlu memahami informasi yang akan datang. Suatu organizers ekspositori merupakan suatu pernyataan yang mengandung konsep subsumer, sebuah definisi suatu konsep umum. Sebaliknya, organizers komparatif  bersifat mengaktifkan, yaitu memunculkan kembali dari ingatan jangka panjang ke memori kerja. Dengan  demikian, guru dan siswa harus mengeksplorasi organizers dan bahan belajar. Bagi guru, hal ini berarti mengungkapkan hal-hal yang paling penting, menjelaskannya, dan memberikan contoh-contoh. Penyajian organizers tidak perlu panjang, tetapi organizers itu harus dimengerti (siswa harus menyadarinya), dipahami secara jelas, dan secara terus menerus dikaitkan dengan bahan yang diorganisasinya.

b.Penyajian Bahan Belajar  

Tahap kedua, penyajian tugas atau bahan belajar yang terdiri atas:
1) menyajikan bahan;
2) mempertahankan perhatian;
3) membuat organisasi secara eksplisit; dan
4) menyusun urutan bahan belajar secara logis.
Penyajian bahan belajar bisa dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, film, percobaan, atau membaca. Selama presentasi bahan belajar kepada siswa perlu dibuat secara eksplisit sehingga mereka memiliki suatu pengertian secara keseluruhan tentang tujuan dan dapat melihat urutan logis tentang bahan dan bagaimana organisasi bahan itu berkaitan dengan advanced organizers.

c.Memperkuat Organisasi atau Struktur Kognitif
Tahap ketiga adalah memperkuat organisasi atau struktur kognitif yang terdiri atas: 1) penggunaan prinsip-prinsip penyatuan bahan secara integratif; 2) meningkatkan belajar penerimaan secara aktif; 3) menimbulkan pendekatan yang kritis terhadap bahan; dan 4) menjelaskan.
 Tujuan tahap ini adalah ingin mengendapkan pengetahuan atau bahan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa atau struktur kognitif yang ada pada siswa. Hal ini dilakukan dengan jalan memperkuat organisasi atau struktur kognitif siswa. Dalam alur pengajaran yang berlangsung secara wajar, beberapa prosedur ini mungkin dikaitkan dengan tahap kedua. Namun demikian, Joyce, Weil, & Showers (1992) ingin menekankan bahwa mengolah kembali bahan baru merupakan suatu tugas pengajaran yang terpisah dengan serangkaian kegiatan dan keterampilan itu sendiri. Ausubel, sebaliknya, mengidentifikasi empat kegiatan, yang meliputi: 1) meningkatkan rekonsiliasi secara integratif; 2) meningkatkan belajar penerimaan secara aktif; 3) menimbulkan pendekatan kritis terhadap bahan yang dipelajari; dan 4) melakukan klarifikasi.
Ada beberapa cara untuk mempermudah pemaduan bahan-bahan baru dengan struktur kognitif yang sudah ada. Untuk mencapai hal tersebut, maka guru dapat: (1) mengingatkan siswa tentang ide-ide (melalui gambar besar); (2) meminta siswa membuat rangkuman dari atribut-atribut yang pokok atau  utama tentang bahan baru; (3) mengulang definisi secara tepat; (4) meminta siswa membuat perbedaan-perbedaan tentang aspek-aspek dari bahan yang diajarkan; dan (5) meminta siswa mendeskripsikan bahan yang diajarkan guna mendukung konsep atau proposisi yang sedang dipakai sebagai organizers.


d.Belajar aktif
Belajar secara aktif dapat ditingkatkan melalui:
(1) meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara bahan baru itu dengan organizers;
(2) meminta siswa membuat contoh-contoh lain tentang konsep atau proposisi dalam bahan belajar;
(3) meminta siswa mengemukakan secara verbal esensi bahan, dengan menggunakan kalimat dan kerangka pikirannya sendiri; dan
(4) meminta siswa membahas bahan menurut sudut pandangnya sendiri.

Sebuah pendekatan kritis terhadap pengetahuan ditunjukkan dengan cara menanyakan kepada siswa mereorganisasi asumsi-asumsi atau acuan-acuan yang mungkin dibuat dalam bahan belajar, untuk menentukan dan mengajukan asumsi-asumsi serta membuat kesimpulan, dan untuk memadukan hal-hal yang bertentangan diantara asumsi-asumsi tersebut.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut kamus ilmiah populer hirarki berarti berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar.
Menurut Gagne hirarki (fase-fase) belajar terdiri dari delapan fase yaitu : motivasi, pengenalan, pemerolehan, penyimpanan (retensi), ingatan kembali (recall), generalisasi, penampilan, umpan balik.
Advance organizer adalah sebuah informasi yang disajikan sebelum pembelajaran yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk menyusun dan menafsirkan informasi baru masuk.
Cara penyajian bahan melalui advanced organizers memiliki tiga tahap kegiatan. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, tahap penyajian atau presentasi advanced organizers. Kedua, penyajian atau presentasi tugas-tugas belajar atau bahan-bahan belajar. Ketiga, menguji hubungan bahan belajar terhadap ide-ide yang ada agar dapat menimbulkan suatu proses belajar yang aktif.

B. SARAN
Penulisan makalah ini hanya penjelasan singkat saja. Oleh karena itu, untuk menambah wawasan kita mengenai hirarki belajar Gagne dan Advance Organizer Ausubel, maka sebaiknya kita melengkapi dengan berbagai referensi lain.


DAFTAR PUSTAKA

Hamid K, Abdul. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Tim Kreatif Pasca Sarjana Unimed.
Internet. Prinsip Pembelajaran (Gagne, The Condition Of Learning ).2008
Tim Prima Pena. 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Gita Media Press
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Pratama
Internet, Bayu, Bambang Suprapto, strategi penyajian bahan melalui pengatur awal (advanced organizers), 2008

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Amiable fill someone in on and this mail helped me alot in my college assignement. Gratefulness you as your information.

Anonim mengatakan...

Brim over I to but I dream the brief should prepare more info then it has.

Entri yang Diunggulkan

LAPORAN LOKAKARYA 5 PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGAKATAN 4 KOTA PEMATANGSIANTAR

    LAPORAN KEGIATAN   LOKAKARYA KELIMA   REFLEKSI KOMPETENSI CALON GURU PENGGERAK   THEMA: GURU SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN   ...