Kamis, 10 Desember 2009

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL ELABORASI DAN PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN TEORI LISTRIK DI SMK

BAB I
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi. Bagi seorang guru pemilihan model pembelajaran hendaknya dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau relevan dengan berbagai aspek pembelajaran yang lain, efisien dan menarik. Lebih dari itu, banyak pakar yang menyatakan bahwa sebaik apa pun materi pelajaran yang dipersiapkan tanpa diiringi dengan model pembelajaran yang tepat, pembelajaran tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Kecermatan pilihan itu semakin penting jika kondisi yang dihadapi kurang kondusif, seperti halnya pembelajaran teori listrik bagi siswa semester awal di SMK.

Pengalaman belajar fisika yang telah dilalui oleh siswa baru atau siswa semester satu di SMK selama menempuh pendidikan di SLTP sudah banyak mempelajari kelistrikan, namun pada kenyataannya siswa kurang menguasai konsep –konsep listrik, seperti istilah-istilah teknis listrik. Sewaktu di SLTP siswa semester awal tadi telah memperoleh pengalaman belajar sifat-sifat muatan listrik. Akan tetapi, ketika duduk di SMK siswa tadi tidak kenal dengan istilah unsur mental dan unsur listrik, tidak mengetahui istilah ion, proton dan neutron . Kejadiannya pun di waktu uji kompetensi tengah semester.
Pembelajaran Teori Listrik hendaknya dirancang dengan orientasi pembekalan kompetensi siswa menguasai konsep-konsep listrik tersebut dan mengungkapkan hubungan suatu konsep dengan konsep yang lain. Horn (dalam Maryumis, 2003) mengemukakan pengertian, konsep merupakan rangkaian kata-kata/ kalimat dalam suatu bahan kajian yang secara rasional dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : nama, definisi,contoh, dan lain-lain. Sedangkan suatu definisi, menurut formula yang dikemukakan Merrill (1983) hendaknya mengandung empat unsur, yakni menyebutkan nama konsep, kelas superordinat, ciri-ciri yang mendefinisikan, serta kata hubung antarciri yang mendefinisikan itu.

Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 dan Pedoman sertifikasi guru 2005, pada kompetensi profesional guru pemula dinyatakan bahwa siswa calon guru harus menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup substansi dan metodologi bidang ilmu serta materi kurikulum sekolah . Apabila pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta mencatat dengan teknik yang konvensional pula, tentu pembelajaran tersebut tidak mencapai tujuan secara optimal, membutuhkan alokasi waktu yang sangat besar, dan akan berlangsung monoton yang akan membosankan, baik guru maupun siswa. Fenomena ini masih terlihat. Pada banyak perangkat rancangan pembelajaran tidak tercantum model pembelajaran yang akan digunakan, yang ada pemakaian metode ceramah dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembelajaran masih ada guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menceramahkan dan mendiktekan konsep-konsep tersebut. Oleh sebab itu, sudah saatnya pembelajaran teori listrik ini berinovasi. Pemilihan model Elaborasi dan teknik mencatat dengan teknik peta konsep dapat menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan.
Pembelajaran dengan model elaborasi yang berlandaskan Teori elaborasi yang memiliki komponen urutan elaboratif, urutan prasyarat pembelajaran, rangkuman (summarizer), sintesis (syntherizer), analogi, pengaktif strategi kognitif (cognitive strategy activator) dan kontrol belajar memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk mewujudkan kompetensi tersebut. Dengan model ini dapat dilakukan penstrukturan mata diklat berdasarkan kompetensi yang akan dibina, demukian pula pengelaborasian topik secara optimal sesuai kebutuhan, melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada paradigma baru, dengan peristiwa-peristiwa pembelajaran seperti memberikan rangkuman, sintesa dan analogi, serta senantiasa mengaktifkan strategi kognitif dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa.
Pemakaian teknik mencatat peta konsep memungkinkan satu topik tersaji pada satu halaman kertas. Teknik ini telah teruji keampuhannya dalam hal meningkatkan pemahaman dan menghemat waktu belajar. Karena peta konsep merupakan suatu karya kreatif, ia bersifat individual dan menggunakan sarana-sarana teknik, seperti pemakaian simbol-simbol dengan warna yang beraneka ragam.
Berdasarkan pemikiran di atas, makalah ini akan membahas tentang 1) Bagaimanakah deskripsi mata diklat Teori Listrik?, 2) Bagaimanakah Teori Elaborasi? , 3) Bagaimanakah teknik mencatat dengan peta konsep? dan 4) Bagaimanakah aplikasi Model Elaborasi dan peta konsep pada mata diklat Teori Listrik?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Mata Diklat Teori Listrik

Pembelajaran listrik pada tingkat pendidikan manapun hendaknya diorientasikan untuk membina skill. Pada taksonomi tujuan pembelajaran, aspek skill merupakan ranah psikomotor. Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa aspek kognitif dan aspek afektif ibarat dua sisi mata uang yang harus ada pada setiap program pembelajaran, dan hasil kedua ranah tersebut menciptakan psikomotor yang baik. Umumnya, mata diklat Teori Listrik ditawarkan pada semester satu. Dengan demikian, pembinaan kompetensi yang memungkinkan adalah yang dapat menarik minat siswa terhadap teori listrik.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, topik-topik materi yang dapat digunakan untuk mengantarkan siswa agar memiliki kompetensi di bidang teori listrik tersebut, mencakup: 1) Konsep-konsep dasar listrik, 2) Besaran dan satuan listrik, 3) Muatan listik, 4) sifat-sifat listrik, 5) Komponen-komponen listrik, 6) Alat ukur listrik. Topik-topik inilah yang akan dipelajari sebagai program satu semester. Kedalaman dan keluasannya disesuaikan dengan tuntutan mata diklat ini sebagai mata diklat prasyarat dan sebagai sumber bahan ajar bagi guru. Dengan demikian, setiap topik dielaborasi sesuai dengan kebutuhan dan penstrukturan disesuaikan pula dengan kompetensi yang akan dibina. Hal ini sangat memungkinkan dilakukan dengan model elaborasi

2.2 Teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu: 1) urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran , 2) urutan prasyarat pembelajaran ( di dalam masing-masing subjek pelajaran), 3) summarizer (rangkuman). 4) syintherizer, (sintesa) 5) analogi, 6) cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif), 7) kontrol belajar .
Sebagaimana diungkapkan Degeng (1989) pengembang-pengembang teori pengajaran sesudah Gagne, seperti Rugeluth, Merrill, dan Bunderson memperkenalkan karakteristik lain dari struktur mata diklat yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang ada antarbagian isi mata diklat. Secara umum, struktur mata diklat dapat dideskripsikan atas struktur konseptual, struktur prosedural. struktur teoritik.
Struktur konseptual adalah suatu struktur yang menunjukkan hubungan lebih tinggi /lebih rendah di antara konsep-konsep. Struktur konsep memuat konsep-konsep mata diklat untuk mencapai kompetensi orientasi konseptual. Tiga tipe penting dari struktur konseptual adalah taksonomi bagian, taksonomi jenis, matrik atau tabel. Berdasarkan uraian di atas, mata diklat Teori Listrik tergolong mata diklat bertipe konseptual taksonomi bagaian. Taksonomi bagian adalah struktur konseptual yang menunjukkan bahwa konsep-konsep merupakan bagian dari suatu konsep yang lebih umum.
Prasyarat pembelajaran didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep yang harus dipelajari sebelum konsep lain bisa dipelajari. Oleh sebab itu, ia menampilkan hubungan prasyarat belajar untuk suatu konsep. Rangkuman merupakan tinjauan kembali (review) terhadap materi yang telah dipelajari untuk mempertahankan retensi. Fungsi rangkuman untuk memberikan pernyataan singkat mengenai materi yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep. Rangkuman yang diberikan di akhir suatu pembelajaran dan hanya merangkum materi yang baru dipelajari disebut rangkuman internal (internal summarizer), sedangkan rangkuman semua materi beberapa kali pembelajaran disebut rangkuman eksternal (within set summarizer).
Pensintesis (synthesizer) adalah komponen teori elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep . Pensintesis penting karena akan memberikan sejumlah pengetahuan tentang keterkaiatan antarkonsep, memudahkan pemahaman,meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukkan konteks suatu konsep, memberikan pengaruh motivasional, serta meningkatkan retensi (Degeng, 1989).
Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran karena mempermudah pemahaman dengan cara membandingkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dikenal siswa ( Reigeluth dan Stein, 1983b). Pemakaiannya lebih efektif apabila disampaikan di awal pembelajaran ( Degeng,1989).
Pengaktif strategi kognitif adalah keterampilan-keterampilan belajar yang diperlukan siswa untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat, dan berpikir yang terdiri atas dua cara: pengadaan melalui perancangan pengajaran dan menyuruh siswa menggunakannya. Penggunaan gambar, diagram., mnemonik, analogi, dan parafrase, serta pertanyaan-pertanyaan penuntun dapat memenuhi maksud ini.
Menurut Merrill ( dalam Degeng,1989) konsepsi kontrol belajar mengacu pada kebebasan siswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi mata diklat yang dipelajari (content control), komponen strategi pengajaran yang digunakan (display control),dan trategi kognitif yang ingin digunakannya (conscious cognition control). Berbagai komponen teori elaborasi di atas, seperti: rangkuman, pensitesis, analogi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kontrol belajar.
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh prinsip, yaitu: 1) Menyajikan kerangka mata diklat pada fase atau pertemuan pertama; 2) Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara bertahap; 3) Bagian yang terpenting hendaknya dielaborasi pertama kali; 4) Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal; 5) Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi, 6) Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata diklat; 7) Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis ( Degeng, 1989). Merril (1983) mengemukakan empat bentuk presentasi, yakni presentasi primer, presentasi sekunder, presentasi tampilan proses, dan presentasi tampilan prosedur. Adapun bentuk-bentuk presentasi primer ditinjau berdasarkan spesifitas (kekhususan) materi dan dimensi harapan responsif siswa terdiri atas: presentasi jeneralitas, contoh, ekspositif dan inkuisitif Dikatakan lebih lanjut, bahwa keempat jenis presentasi primer tersebut dapat dielaborasi dengan sejumlah presentasi sekunder. Adapun jenis-jenis presentasi sekunder tersebut adalah: Elaborasi prasyarat, informasi tambahan mengenai konsep-konsep komponen yang membentuk jeneralitas; Elaborasi kontekstual, informasi tambahan berupa latar belakang kontekstual atau historis. Elaborasi mnemonik, alat bantu memori untuk membantu siswa mengingat. Menurut Meier (2002) diantaranya akronim, akrostik sanjak, gerakan fisik; Elaborasi matemagenik, alat penarik perhatian, seperti panah, warna, huruf tebal, grafik; Elaborasi representasi, atau presentasi alternatif, yakni penggambaran dengan suatu bentuk/cara lain; dan Umpan balik atau pengetahuan mengenai hasil yang dicapai.


2.3 Peta Konsep
Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan mem-berikan wawasan baru. Peta konsep (Concept Maps) memungkinkan terjadinya semua itu. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat ( DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan diklat serta ketika membutuhkan struktur.
Mata diklat Teori Listrik termasuk tipe struktur konseptual anatomi bagian, Keseluruhan materi mata diklat Teori Listrik merupakan struktur konsep-konsep yang jumlahnya cukup banyak. Selain jumlah yang banyak, boleh dikatakan semua konsep itu merupakan konsep abstrak. Kondisi ini menuntut adanya teknik mencatat yang dapat menjalankan fungsi sebagai peringkas materi diklat, memudahkan proses mencatat dan menghafal informasi dan menimbulkan kesenangan dalam belajar.
Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan. Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk. 2000, DePorter dan Hernacki, 2002, Svantersson, 2004).

Dalam pembelajaran Teori Listrik, pencatatan dengan peta konsep memungkinkan komponen Teori Elaborasi terlaksana secara optimal. Untuk melaksanakan elaborasi-elaborasi, guru menambahkan cabang-cabang pada konsep yang hendak dielaborasi. Cara mencatat ini digunakan guru pada saat presentasi untuk membuat catatan di white board sekaligus sebagai teknik pengaktif strategi kognitif siswa, dan siswa menggunakannya pula sebagai sistematika pelaporan tugas meringkas materi/ bahan ajar pada tugas terstruktur, serta sebagai teknik mencatat materi presentasi di dalam kelas. Metode mencatat peta konsep ini sejalan dengan Teori Elaborasi. Keduanya dijalankan secara terintegrasi dan di antaranya ada jalinan saling mendukung.

2.4. Pembelajaran Teori Listrik dengan Model Elaborasi dan Peta Konsep
Berdasarkan kajian di atas, pembelajaran Teori Listrik dengan Model Elaborasi dan peta konsep dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyajian kerangka mata diklat. Kerangka mata diklat disampaikan pada pembelajaran intensif pertama saat melakukan kontrak pembelajaran. Penyampaiannya dalam bentuk peta konsep. Seperti peta konsep berikut:



Pada pertemuan ini, dilakukan pembekalan strategi kognitif siswa berupa keterampilan pembuatan catatan dengan peta konsep. Konsep peta konsep dielaborasi sedemikian rupa secara persuasif dengan elaborasi kontekstual dan elaborasi analogi. Materi untuk pertemuan kedua diberikan secara lengkap kepada siswa. Siswa ditugaskan membaca dan mempelajarinya secara mandiri, kemudian meringkasnya dalam bentuk peta konsep secara berkelompok. Siswa diberi tahu bahwa walaupun peta konsep dilaporkan secara berkelompok tetapi setiap siswa harus memiliki peta konsep setiap topik materi diklat. Pada tahap awal, tugas meringkas materi diklat dalam bentuk peta konsep diberikan secara terbimbing, yakni topik dan cabang-cabang peta konsep sepenuhnya diberikan guru, siswa ditugaskan melengkapi ranting-rantingnya saja dan dilakukan secara berkelompok.

Secara bertahap bantuan ini dikurangi. Pembuatan ringkasan materi secara mandiri dilakukan siswa apabila keterampilan ini telah dikuasai. Agar hasil pembelajaran lebih optimal, sebaiknya peta konsep diiringi dengan pembuatan daftar istilah beserta pengertiannya.

2) Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah elaborasi bagian satu atau cabang pertama dari topik Teori Listrik, yakni konsep-konsep dasar listrik. Berdasarkan tugas yang telah disampaikan kepada siswa pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua setiap siswa telah memiliki ringkasan dalam bentuk peta konsep. Pengonstruksian konsep-konsep dasar listrik dan studi listrik dilaksanakan secara kolaboratif antara siswa dengan guru serta kolaborasi antarsiswa. Penulisan peta konsep di white board pada awal semester dilakukan guru. Bila keterampilan siswa sudah memungkinkan, siswalah yang menuliskannya. Elaborasi tiap-tiap cabang dari topik “konsep-konsep dasar Listrik” dilakukan secara optimal dengan ragam elaborasi yang relevan. Elaborasi diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis internal. Apabila semua cabang pada topik yang dibahas selesai dielaborasi, guru memberikan materi untuk pembelajaran berikutnya dengan tugas yang sama.
3) Pertemuan ketiga, setelah elaborasi tahap pertama, dilakukan peninjauan terhadap peta konsep materi pembelajaran elaborasi tahap pertama Setelah ini, dilakukan elaborasi cabang berikutnya (elaborasi tahap kedua) sampai elaborasi dirasa mencukupi. Pembelajaran ini diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis eksternal.
4) Pertemuan keempat dimulai dengan peninjauan semua materi yang telah dipelajari sambil memberikan Feed back. Pembelajaran dilanjutkan dengan elaborasi sampai pada tingkat yang mencukupi sesuai dengan kompetensi yang akan dibina. Tetap menggunakan peta konsep, baik oleh guru maupun siswa. Sepanjang pembelajaran guru senantiasa mengaktifkan strategi kognitif siswa, dengan peninjauan peta konsep yang dibuat siswa serta pembekalan strategi kognitif lain yang dibutuhkan siswa.
5) Pembelajaran seperti tahap keempat di atas berlangsung sampai pertemuan semingg sebelum Ujian Tengah Semester (UTS) dilaksanakan.
6) Seminggu sebelum UTS, siswa menciptakan peta konsep yang mencakup seluruh materi yang telah dipelajari. Siswa membuatnya secara berulang-ulang sampai hafal. tidak melihat lagi peta konsep yang asli.


BAB III
PENUTUP

Pembelajaran Teori Listrik di SMK memang membutuhkan model pembelajaran tersendiri. Para guru yang masih bertahan dengan model yang lama (konvensional) yang tidak melakukan penstrukturan mata diklat, hanya terpaku pada metode ceramah, dan masih menggunakan teknik memcatat konvensional perlu disegarkan dengan model-model pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menarik melalui berbagai forum ilmiah, seperti seminar ini.
Pemilihan model elaboratif dan peta konsep untuk pembelajaran Teori Listrik perlu dipertimbangkan karena pada aplikasinya dapat terimplikasi berbagai aspek paradigma baru pendidikan. Dengan model ini, beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran dapat berjalan secara optimal, diantaranya 1) Peran guru sebagai fasilitator terlaksana secara optimal, seperti melalui penyediaan bahan ajar secara lengkap, bantuan pembuatan laporan tugas dengan kerangka peta konsep; 2) Siswa mengikuti pembelajaran dengan kemampuan awal yang memadai, karena telah membaca bahan ajar yang diberikan seminggu sebelum perdiklatn dilangsungkan: 3) Pengonstruksian pengetahuan ilakukan oleh siswa, 4) siswa membuat catatan dengan terlebih dahulu memahami bahan yang diringkas; 5) pembelajaran lebih terpusat pada siswa ( student center learning ), karena siswa membaca dan mempelajari sendiri materi, mengerjakan tugas, dan berperan aktif dalam pembelajaran; 6) Penstrukturan materi diklat yang tidak lagi mengikuti urutan pada buku teks, akan lebih menggiring pembelajaran pada pencapaian kompetensi yang akan dibina secara optimal.
Secara teoritis dan banyak data emperis telah membuktikan bahwa model elaborasi dan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar, efisien dalam pemakaian waktu dan menarik bagi pembelajar atau siswa. Kendatipun demikian, model ini tetap perlu dicobakan, misalnya melalui penelitian tindakan kelas. Tindakan ini akan dapat mengukuhkan model ini sebagai model yang sesuai untuk pembelajaran teori listrik, bahkan untuk mata diklat lain yang bertipe sama selain dapat melakukan tindakan penyempurnaan berdasarkan temuan-temuan di lapangan
Pada akhir makalah ini, penulis mengungkapkan harapan agar pembahasan ini ada manfaatnya. Selain itu, hendaknya dapat pula menyulut semangat berdiskusi dan adu pendapat. Semoga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran teori listrik di SMK pada masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Degeng, I Nyoman Sodana.(1989). Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta : Depdikbud

DePorter, Dobbi, dkk. (1999). Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. (2000). Bandung: Mizan Media Utama
DePorter & Hernacki.(1992) Quantum Learning. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2002 Bandung: Kaifa
Depdiknas (2005). ”PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan” Jakarta: Depdiknas
Maryunis, Aleks, (2003), Penggunaan Peta Informasi untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Mata Diklat Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jurnal Pembelajaran, volume 26, nomor 2, Juni 2003, halaman 77-91
_______. (2003). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SLTP Menggunakan Strategi Pemetaan Konsep, Forum Pendidikan, volume 28, nomor 3, September 2003, hal 235-248.
Meier. (2002). The Acceletated Learning Hand Book: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Terjemahan Rohmaini Astuti. 2002. Bandung: Kaifa.
Merrill, M.D. (1983). “Component Display Theory” dalam C.M. Reigeluth (Ed). Instructional – Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates..
Reigeluth, C.M. (1983). “Instructional Design: What is it And hy is it?”
dalam C.M. Reigeluth (Ed.). Instructional Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. Hillsdale, N.J: Lowrence Erlbaum Associates.
Reigeluth, C.M. dan Stein, F.S. (1983). “The Elaboration Theory of
Instructional” Dalam C.M. Reigeluth (Ed.). Instuctional – Design Theories and Models: An verview of Their Current Status. Hillsdale, N.J: Lowrence Erlbaum Associate
Svantesson, Ingemar. (1989) Learning Maps and Memory Skills. Terjemahan Bambang Prajoko. (2004). Jakarta : Gramedia.


Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

LAPORAN LOKAKARYA 5 PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGAKATAN 4 KOTA PEMATANGSIANTAR

    LAPORAN KEGIATAN   LOKAKARYA KELIMA   REFLEKSI KOMPETENSI CALON GURU PENGGERAK   THEMA: GURU SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN   ...